SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL DAN ASAM SALISILAT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK
KIMIA ANORGANIK
Oleh
1. Nadya
Arsita (4311417037)
2. Monica
Avissa (4311417059)
3. Tri
Maryani (4311417046)
4.
Annisa Maulidina F (4311417069)
5. Yoga
Samsudianto (4311417068)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2019
SINTESIS DAN
KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL DAN ASAM SALISILAT
A.
TUJUAN
- Mengetahui prinsip kerja sintesis senyawa kompleks nikel dan asam salisilat
- Mahasiswa diharapkan dapat melakukan karakterisasi senyawa kompleks nikel dan asam salisilat
B. LANDASAN TEORI
Senyawa koordinasi/senyawa
kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom
pusat dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks
karena sulit dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang
terjadi merupakan ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan
bersama) di mana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah
satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa
tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang
berada di pusat (bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga
dapat di sebut sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam
transisi). Sedangkan ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari
senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron
sehingga dapat disebut sebagai basa lewis (Chang,2004).
Sifat-sifat
senyawa kompleks yang meliputi sifat magnetik dan warna senyawa kompleks banyak
dipelajari dan diteliti melalui suatu mekanisme reaksi dengan menggunakan
ion-ion logam serta ligan yang berbeda-beda. Senyawa kompleks yang
disintesis harus memiliki kestabilan tinggi. Salah satu senyawa kompleks yang
stabil adalah senyawa kompleks khelat. Senyawa kompleks ini dibentuk dari ligan
khelat, yaitu ligan yang mempunyai lebih dari 1 atom donor pasangan elektron
(Sitanggang, S B dan Sugijarto, 2018).
Asam salisilat merupakan asam
hidroksi benzoat yang termasuk ke dalam golongan obat anti inflamasi non
steroid (OAINS) yang memiliki sifat sebagai senyawa anti-inflamasi, antiseptik,
antiradikal, analgesik, antirematic, antioksidan, antikarsinogenik. Asam
salisilat dipakai secara luas hampir di seluruh belahan dunia baik secara oral
maupun secara topikal, Asam salisilat telah digunakan secara luas dalam terapi
topikal sebagai bahan keratolitik.(Widihati,dkk,2017).
Tujuan
penelitian ini adalah unruk mengetahui metode sintesis, formula dan
karakteristik senyawa kompleks yang terbentuk. Pada penelitian ini
dilakukan sintesis senyawa kompleks nikel (II) dengan asam salisilat. Senyawa
kompleks yang didapatkan kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan berbagai
instrumen yakni Spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan Konduktometer. Spektrofotometri
UV-Vis merupakan metode yang digunakan untuk menguji sejumlah cahaya yang
diabsorbansi pada setiap panjang gelombang di daerah ultraviolet dan tampak (Alwi,
H, 2017).
C. ALAT DAN BAHAN
a) ALAT
:
1
Gelas kimia
2
Gelas ukur
3
Gelas arloji
4
Pengaduk kaca
5
Spatula
6
Pipet volume
7
Pipet tetes
8
Labu takar
9
Ballpipet
10 Corong
11 Kertas
saring
12 Kasa Asbes
13 Kaki Tiga
14 Spirtus
15 Cawan porselen
16 Neraca
analitik
17 Desikator
18 Spektrofotometri
UV-Vis
19 FTIR
20 Konduktometri
b)
BAHAN :
1. Asam
salisilat 1,380 gram
2. NiCl2.6H2O 1,1885 gram
3. Etanol 100 mL
4. Glisin 7,5 gram dalam 10 mL etanol
5. Aquades 10 mL
D. CARA KERJA
1. Sintesis
Senyawa Kompleks Ni (II) dengan Asam Salisilat
a. Sebanyak
1,380 gram asam salisilat dilarutkan dalam 10 mL etanol
b. Sebanyak
1,1885 gram nikel (II) klorida hidrat dilarutkan dalam 10 mL
air suling
c. Larutkan
nikel (II) klorida hidrat
ditambahkan ke dalam larutan asam salisilat
d. Larutan
yang telah dicampurkan kemudian diaduk hingga homogen
e. Larutan direfluks selama 2 jam menggunakan refluks sederhana tanpa kondensor
f. Kristal yang terbentuk
disaring dengan kertas whatman
g. Kristal yang terbentuk di
desikator selama 1 minggu
2. Karakterisasi
Senyawa Kompleks Nikel dengan Asam Salisilat
a. Spektrofotometer
UV-Vis
1. Kuvet
dibersihkan menggunakan akuades
2. Kuvet
dibersihkan lagi menggunakan larutan blanko
3. Larutan blanko dimasukan sekitar 40-45 tetes sampai dibawah tanda garis
4. Kuvet
dimasukkan pada spektrofotometer UV-Vis
5. Tekan
tombol “START”
6. Maka
nilai adsorbansi akan di dapatkan dengan panjang gelombang 520 nm
7. Diulangi dengan menggunakan larutan sampel
7. Diulangi dengan menggunakan larutan sampel
b. FTIR
c. Konduktometer
E. DATA
PENGAMATAN
1. Tabel data pembuatan senyawa kompleks
NO
|
PERLAKUAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
Padatan
NiCl2.6H2O + akuades
|
Larutan
hijau bening
|
|
2.
|
Asam
Salisilat + etanol
|
Larutan
bening
|
3.
|
Larutan
(1) + Larutan (2)
|
Larutan
hijau bening
|
4.
|
Refluks 2
jam
|
Larutan
hijau bening
|
5.
|
Penyaringan
|
Kristal
putih, filtrat hijau bening
|
2.
Karakterisasi senyawa kompleks dengan Spektrofotometer
UV-Vis
|
3. Karakterisasi senyawa larutan glisin dengan
Spektrofotometer UV-Vis
4.
Tabel data karakterisasi dengan FT-IR
Peak
|
X (cm-1)
|
Y (%T)
|
Area (%T)
|
Start
|
End
|
Base1
|
1
|
3238.62
|
57.93
|
-7913.64
|
4000
|
1899.22
|
4000
|
2
|
1660.53
|
50.06
|
-1384.97
|
1899.22
|
1628.83
|
1899.22
|
3
|
1612.52
|
56.32
|
173.4
|
1628.83
|
1534.68
|
1628.83
|
4
|
1444.21
|
51.87
|
-742.87
|
1534.68
|
1349.99
|
1534.68
|
5
|
1295.99
|
54.32
|
-435.24
|
1349.99
|
1269.81
|
1349.99
|
6
|
1246.37
|
54.62
|
-267.23
|
1269.81
|
1223.68
|
1269.81
|
7
|
1208.43
|
56.43
|
8.62
|
1223.68
|
1168.91
|
1223.68
|
8
|
1152.15
|
58.97
|
480.46
|
1168.91
|
942.92
|
1168.91
|
9
|
891.01
|
61.66
|
-265.57
|
942.92
|
808
|
942.92
|
10
|
758.78
|
57.32
|
-373.96
|
808
|
727.3
|
808
|
11
|
695.21
|
57.43
|
-249.28
|
727.3
|
673.54
|
727.3
|
12
|
657.46
|
59.07
|
218.77
|
673.54
|
549.06
|
673.54
|
13
|
528.89
|
63.98
|
-90.75
|
549.06
|
484.81
|
549.06
|
14
|
461.04
|
62.68
|
-180.43
|
484.81
|
400
|
484.81
|
5.
Grafik Karakterisasi dengan FT-IR
|
F. ANALISIS
DATA
Pada pembuatan
larutan NiCl2 dapat dilakukan dengan cara menimbang NiCl2.6H2O
sebanyak 1,885 gram
kemudian dilarutkan dalam akuades 10 mL. Kemudian diaduk sampai homogen. NiCl2.6H2O
memiliki tekstur seperti kristal padat dan berwarna hijau. Ketika dilarutkan
dengan akuades, menghasilkan larutan yang berwarna hijau bening. NiCl2.6H2O
dan akuades mempunyai sifat kepolaran yang sama
sehingga mudah larut. Larutan nikel ini bertujuan sebagai atom pusat dari
senyawa kompleks yang akan disintesis.
Pembuatan
larutan asam salisilat dilakukan dengan melarutkan asam salisilat 1.380 gram
dengan 10 ml etanol. Gugus polar dari asam salisilat adalah gugus -OH dan gugus
nonpolar pada asam salisilat adalah gugus cincin benzen. Struktur tersebut
menyebabkan asam salisilat dapat larut pada sebagian pelarut polar dan sebagian
pada pelarut non polar. Namun, karena memiliki gugus polar dan non polar
sekaligus dalam satu gugus, asam salislat sukar larut dengan sempurna pada
pelarut polar saja atau pelarut non polar saja. Asam salisilat sukar larut pada
air yang merupakan pelarut non polar, tetapi mudah larut pada etanol yang
merupakan pelarut semi polar.
Pada pembuatan
glisin, sebanyak 7,5039 gram glisin dilarutkan dalam 100 mL etanol, saat
penambahan 10 mL etanol glisin tidak dapat larut dalam etanol kemudian sedikit
demi sedikit ditambahkan etanol sampai 100 mL. Larutan glisin ini digunakan
untuk menguji terbentuknya senyawa kompleks yang telah di sintesis. Berdasarkan
hasil pembuatan glisin, glisin dan etanol tidak bercampur karena glisin
merupakan jenis asam amino dengan rantai samping alfatik bersifat non polar
tidak bermuatan sedangkan etanol mempunyai sifat yang polar. Glisin yang
merupakan asam amino bersifat non polar tetapi dapat larut dalam air, karena
glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan karena
strukturnya sederhana (Sumardjo, 2006).
Larutan NiCl2.6H2O
dan asam salisilat yang telah dibuat, dicampurkan dengan larutan asam salisilat
ditambahkan dengan larutan NiCl2.6H2O. Larutan NiCl2.6H2O
yang berwarna hijau ketika ditambahkan dengan asam salisilat yang tidak
berwarna, menjadikan campuran larutan menjadi hijau dan bening (larut). Hal ini
disebabkan karena NiCl2.6H2O yang bersifat polar
dan asam salisilat yang bersifat
semi polar karena mempunyai gugus polar dan gugus non polar.
Sintesis
senyawa kompleks dengan menggunakan metode refluks namun pada praktikum kali
ini, kami menggunakan alat refluks sederhana tanpa kondensor. Alat yang
digunakan yaitu, spirtus, kaki tiga, cawan, kasa sebagai pemanas. Kemudian
menggunakan es batu. Penggunaan es batu ini sebagai pendingin, pengganti
kondensor. Cara merangkai alat sebagai refluks yaitu, larutan di dalam gelas
kimia,dipanaskan diatas bunsen, kemudian diatas gelas kimia diletakkan cawan
yang diisi es batu. Ganti es batu, jika mencair. Pada gelas kimia, diberi tanda
batas larutan agar dapat diukur pengurangan larutannya. Refluks dilakukan
selama 2 jam.
Saat larutan berkurang, larutan ditambahkan etanol.
Penambahan ini agar sesuai dengan teori refluks. Suhu konstan, volume konstan,
dan pelarut konstan, atau tidak habis menguap. Pada menit ke 30, larutan mulai
berkurang sedikit. Kemudian, pada menit ke 58 ditambahkan etanol sebanyak 87
tetes, setelah itu penambahan etanol dilakukan pada menit ke 105 dengan
ditambahkan etanol kembali sebanyak 166 tetes, dan penambahan etanol terakhir
dilakukan pada menit ke 116 dengan etanol sebanyak 75 tetes. Hal ini bertujuan
agar volume tetap, volume berkurang karena terdapat lubang dan terjadi
penguapan tetap konstan yaitu 20 ml.
Menurut Roswiyanto (2009:52) Penyaringan adalah suatu metode
pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas). Dalam penyaringan, campuran zat dididihkan sehingga menguap
setelah itu didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Penerapan proses ini didasarkan
pada teori bahwa pada suatu larutan masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Dalam percobaan kali ini yaitu penyaringan nikel salisilat
untuk menghasilkan endapan nikel salisilat, Larutan
Nikel Slalisilat setelah direfluks kemudian
disaring menggunakan watman untuk mendapatkan endapan Nikel Salisilat.
Hasil endapan yang diperoleh kemudian diletakkan pada desikator.
Desikator adalah wadah untuk mengeringkan suatu
spesimen dan menjaganya dari kelembaban udara. Desikator
sederhana laboratorium adalah wadah yang pada bagian dasarnya berisi silika gel
atau bahan kimia pengering lainnya. Desikator dilengkapi dengan penutup kaca
yang dilapisi oleh vaselin. Vaselin atau petroleum jelly merupakan hidrokarbon
golongan alkana dengan 20 hingga 30 atom karbon yang berasal dari minyak bumi. Vaselin berfungsi sebagai penutup celah antara penutup dan
wadah desikator sehingga tidak ada aliran udara masuk atau keluar dari
desikator. Vaselin juga berfungsi sebagai zat anti mikroorganisme (Fitriana,
2009) Berdasarkan kondisinya, desikator berpotensi untuk dikembangkan menjadi
anaerob jar dengan menghilangkan gas yang berada di head space desikator. Dalam praktiukum ini Kristal Ni
dimasukan kedalam Desikator selama 1 minggu agar endapan menjadi kering.
Untuk dapat mengetahui karakterisasi dari senyawa kompleks nikel dan asam salisilat maka dapat menggunakan
alat spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan Konduktometer. Senyawa kompleks
merupakan senyawa yang terdiri dari satu
atom pusat atau lebih yang menerima sumbangan pasangan elektron dari atom lain,
gugus atom penyumbang elektron ini disebut ligan (Pudyaatmaka, 2002).
Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer merupakan alat untuk mengukur intensitas energi cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).
Sebanyak 0.001 gram endapan nikel salisilat dilarutkan dalam alkohol 50 mL kemudian dibutuhkan 25 mL untuk karaktersasi UV-Vis. Pertama kuvet dibersihkan dengan etanol kemudian larutan etanol dimasukan sampai garis batas lalu diletakan pada UV-Vis. Larutan etanol digunakan sebagai blanko yaitu larutan yang tidak mengandung analit dan bertujuan sebagai baseline. Selanjutnya dengan menggunakan kuvet yang sama kuvet dibersihkan dan diisi dengan larutan sampel. Menggunakan kuvet yang sama bertujuan karena ketebalan setiap kuvet berbeda ditakutkan akan menghasilkan gelombang absorbansi yang berbeda pula. Larutan sampel setelah dimasukan kedalam UV-Vis tekan “Start” maka akan muncul nilai absorbansi dari sampel. Berdasarkan karakterisasi abrosbansi dari larutan sampel adalah 0,230 dengan panjang gelombang 300 nm. . Larutan glisin yang telah dibuat juga dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis guna menguji adanya senyawa kompleks. hal ini dilakukan dengan mengukur glisin yang akan digunakan yang kemudian dimasukkan pada Spekrtrofotometer UV-Vis menggunakan larutan blanko etanol. Setelah dilakukan karakterisasi dengan UV-Vis maka selanjutnya dilakukan karakterisasi menggunakan FT-IR.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer merupakan alat untuk mengukur intensitas energi cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).
Sebanyak 0.001 gram endapan nikel salisilat dilarutkan dalam alkohol 50 mL kemudian dibutuhkan 25 mL untuk karaktersasi UV-Vis. Pertama kuvet dibersihkan dengan etanol kemudian larutan etanol dimasukan sampai garis batas lalu diletakan pada UV-Vis. Larutan etanol digunakan sebagai blanko yaitu larutan yang tidak mengandung analit dan bertujuan sebagai baseline. Selanjutnya dengan menggunakan kuvet yang sama kuvet dibersihkan dan diisi dengan larutan sampel. Menggunakan kuvet yang sama bertujuan karena ketebalan setiap kuvet berbeda ditakutkan akan menghasilkan gelombang absorbansi yang berbeda pula. Larutan sampel setelah dimasukan kedalam UV-Vis tekan “Start” maka akan muncul nilai absorbansi dari sampel. Berdasarkan karakterisasi abrosbansi dari larutan sampel adalah 0,230 dengan panjang gelombang 300 nm. . Larutan glisin yang telah dibuat juga dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis guna menguji adanya senyawa kompleks. hal ini dilakukan dengan mengukur glisin yang akan digunakan yang kemudian dimasukkan pada Spekrtrofotometer UV-Vis menggunakan larutan blanko etanol. Setelah dilakukan karakterisasi dengan UV-Vis maka selanjutnya dilakukan karakterisasi menggunakan FT-IR.
Langkah pertama
dalam karakterisasi FT-IR yaitu menyalakan alat instrumen FT-IR dengan menekan
tombol on/off, setelah itu buka software FT-IR yang tersedia pada
komputer. Langkah
selanjutnya, karakterisasi FT-IR dilakukan dengan mencampurkan sampel nikel
salisilat dan padatan KBr menggunakan perbandingan 1:10 yang kemudian
dihaluskan dengan alat mortar yang telah tersedia. Sebelum dilakukan pencampuran,
alat-alat yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan larutan
aseton, agar alat-alat yang dipakai steril. Selanjutnya campuran dimasukan
kedalam lubang silinder atau pallet holder yang terdapat pada bagian tengah
wadah berbentuk mur. Dalam pengisian pada pallet, tidak diperbolehkan terlalu
banyak maupun terlalu sedikit, karena akan mempengaruhi hasil cahaya yang
menembus pallet. Kemudian pallet tersebut, dimasukkan kedalam alat FT-IR dan
hasil nya akan muncul pada komputer.
Metode fourier
transform infrared (FT-IR) yang merupakan metode bebas reagen, tanpa penggunaan
radioaktif dan dapat mengukur berbagai macam gugus fungsi yang terkandung dalam
suatu senyawa kompleks. Prinsip kerja FT-IR adalah mengenali gugus fungsi suatu senyawa
dari absorbansi inframerah yang dilakukan terhadap senyawa tersebut. Pola
absorbansi yang diserap oleh tiap-tiap senyawa berbeda-beda, sehingga
senyawa-senyawa dapat dibedakan dan dikuantifikasikan (Sjahfirdi, dkk,2015).
Dari uji spektroskopis sintesis senyawa Nikel
Salisilat di peroleh spektrum inframerah sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik spektra FT-IR Nikel Salisilat
Pada spektrum FTIR Nikel
Salisilat memiliki 14 puncak yang didalamnya. Kemungkinaan vibrasi yang dapat
terjadi adalah gugus C-C dan gugus O-H, serta vibrasi dengan gugus lain yang
mungkin muncul pada reaksi pembentukan Nikel Salisilat tersebut. Spektra FT-IR
yang digunakan berada dalam rentang 4000-400/cm.
Senyawa
|
Bilangan gelombang
(cm-1)
|
Intensitas
|
Teori (cm-1)
|
O-H (senyawa ikatan
hidrogen, fenol)
|
3238.62
|
Berubah-ubah
|
3200-3600
|
C=C (alkena )
|
1612.52
1660.53
|
Berubah-ubah
|
1610-1680
|
C-H (alkana)
|
1444.21
|
Kuat
|
1340-1470
|
C-O (alkohol, eter, asam
karboksilat, ester)
|
1295.99
1246.37
1208.43
1152.15
|
Kuat
|
1050-1300
|
C-H
(cincin aromatik)
|
891.01
758.78
695.21
|
Kuat
|
690-900
|
Pada spektra Nikel Salisilat
kerangka O-H (senyawa ikatan hidrogen) ditunjukan pada bilangan gelombang
3238.62/cm. Gugus C=C (alkena) ditunjukan pada bilangan gelombang 1660.53/cm
dan 1612.52/cm. Sedangkan gugus alkana terdapat pada bilangan gelombang 1444.21/cm.
Gugus C-O yang meliputi alkohol, eter, asam karboksilat dan ester memiliki 4
puncak dengan nilai bilangan gelombang 1295.99/cm, 1246.37/cm, 1208.43/cm dan
1152.15/cm. Dalam kerangka C-H (cincin aromatik) terdapat 3 bilangan gelombang
yaitu 891.01/cm, 758.78/cm dan 695.21/cm.
Pengukuran
konduktivitas listrik berbentuk konduktivitas sel yang terdiri atas sepasang
elektroda yang luas permukaannya ditetapkan dengan teliti. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik bergantung pada ion-ion yang ada
dalam konsentrasinya. Pada percobaan ini, sel yang konduktansi dibilas dengan
aquades agar alat yang digunakan bebas dari ion-ion yang menggangu serta untuk
menetralkan alat sehingga tidak dipengaruhi pengukuran sebelumnya .Pada
percobaan ini, dilakukan penentuan daya hantar listrik endapan larutan asam
salisilat yang dilarutkan dengan etanol didapatkan 0,9 μS pada suhu 28,1 °C .
G. SIMPULAN
- Sintesis senyawa kompleks nikel salisilat menggunakan prinsip kerja refluks sederhana yaitu dengan menggunakan pemanas spirtus, kaki tiga, kasa asbes, gelas kimia dan pendingin balik dengan cawan porselen yang diberi es batu. Proses refluks sederhana berlangsung selama 2 jam. Endapan yangterbentuk di desikator selama 1 minggu. Berdasarkan hasil didapatkan endapan nikel salisilat sebanyak 0,838 gram dan sisanya untuk karakterisasi.
- Karakterisasi senyawa kompleks nikel salisilat yaitu dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FT-IR dan konduktometri. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan nilai absorbansi sebersar 0,230 dengan panjang gelombang 300 nm.
H. SARAN
- Sebelum memulai praktikum, mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhka
- Pada saat praktikum praktikan diharapkan mengetahui cara kerja terlebih dahulu dan mempersiapkan diri agar kegiatan praktikum tidak terhamba
- Praktikan lebih teliti dan berhati - hati
- Sebelum dan setelah praktikum selalu manjaga kebersihan laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. 2017. Validasi Metode Analisis Flavonoid dari Ekstrak Etanol Kasumba Turate (Carhamus tinctorius L.) Secara Spektrofotometer UV-Vis. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Makasar.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Fitriana, M. 2009. Skripsi:
Formulasi dan Uji Aktivitas Antijamur Secara In Vitro Salep Minyak Atsiri
Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana val.) dengan Basis Vaselin. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah: Surakarta.
Khopkar.1990. Konsep Dasar Analitik. UI Press. Jakarta
Khopkar.1990. Konsep Dasar Analitik. UI Press. Jakarta
Sjahfirdi, L., Aldi, Nikki., Maheswari, Hera., dan Astuti, Pudji. 2015. Aplikasi Fourier Transform Infrared (FTIR) dan Pengamatan Pembengkakan Genital pada Spesies Primata Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) untuk Mendeteksi Masa Subur. Jurnal Kedokteran Hewan. Volume 9 (2)
Sumardjo, Damin.
2006. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Srata 1 Bioeksakta.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Susanto Diko., Toibah Umi Kalsum,
Yanolanda Suzantri H. 2014. Alat Penyaringan Air Kotor Menjadi Air Bersuh
Menggunakan Mikrokontoller Atmega 32,
Jurnal Media Infotama Volume 10 : 144.
Suyati, Nuryanto, Rahmad dan
Rahmaniar Anggrayni. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Elektrolit
Padat NaMn2-xMgxO4. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi.
Volume 13 (1): 3.
Widihati,I.A.G.,Ni Putu D, dan Ni Made P. 2017. Sintesis Nanokomposit Lempung
Bentonit-Asam Salisilat Dengan Metode Sol-Gel Dan Karakterisasinya Dengan Xrd
Dan Ir-Ftir. Jurnal Kimia. Volume 11 (2): 145-150.
Komentar
Posting Komentar